Senin, 20 Februari 2012

Microchip Penyuntik Obat Berhasil Diuji Coba

Sebuah microchip yang dibenamkan di
bawah kulit terbukti sukses menyalurkan
obat keropos tulang (osteoporosis).
Para peneliti Amerika Serikat
membuktikan keberhasilan tersebut lewat
serangkaian uji coba pada sejumlah
wanita.
Penggunaan chip ini ditujukan untuk
mengurangi frekuensi penyuntikan yang
harus dijalani pasien setiap harinya.
Dokter juga bisa melakukan penyesuaian
dosis dari jarak jauh. Demikian
ungkap hasil penelitian yang
dipublikasikan di jurnal Science
Translational Medicine.
"Kami harap ini merupakan cara yang
benar-benar nyaman untuk menyuntikan
obat," kata rekan penulis Robert
Langer, seorang profesor penelitian
kanker dari Massachusetts Institute of
Technology (MIT).
Bersama para koleganya, Langer
memaparkan temuan mereka dalam
pertemuan tahunan American Association
for the Advancement of Science
di Vancouver, Kanada.
Perangkat yang digunakan berukuran
sama seperti alat picu jantung. Di
dalamnya terdapat tabung-tabung kecil
berisi obat dalam dosis harian yang
akan terbuka pada jadwal yang
ditentukan atau saat chip menerima
sinyal untuk mengeluarkan obat.
Masing-masing tabung dibungkus lapisan
emas super tipis yang berfungsi
melindungi obat dan mencegah obat
agar tidak tumpah. Sinyal yang dikirim
akan meluruhkan lapisan emas sehingga
obat bisa dikeluarkan dan disalurkan
ke pembuluh darah.
Para peneliti menguji coba penggunaan
chip ini pada tujuh orang wanita usia
65-70 tahun di Denmark. Mereka
mengidap osteoporosis dan diresepkan
obat sebagai terapinya.
Chip dicangkokan di bawah pinggang.
Perkembangan mereka dipantau selama
12 bulan. Hasilnya, terapi yang
dilakukan manujukkan hasil yang
menggembirakan, formasi tulang
membaik dan risiko patah tulang
berkurang. Injeksi obat dengan chip
diketahui sama efektifnya dengan
injeksi harian.
Efek Samping
Sebelumnya, uji coba pada hewan
menunjukkan masalah yaitu munculnya
jaringan berserabut berbasis kolagen di
area sekitar cangkokan. Hal tersebut
juga diteliti pada para wanita
yang menjadi partisipan penelitian.
Namun, ternyata hal tersebut tidak
ditemukan pada penelitian
yang berlangsung satu tahun, setelah
chip diangkat dari para partisipan.
Penulis utama Robert Farra, presiden
dan COO di MicroCHIPS, perusahaan
yang didirikan oleh sejumlah peneliti dan
mendapatkan lisensi teknologi microchip
dari MIT. Robert mengatakan bahwa
penggunaa chip tersebut cocok
untuk pengobatan dengan dosis ringan
tapi dilakukan secara rutin.
Tidak ditemukan kelainan pada para
partisipan, bahkan pada partisipan yang
mendapatkan alat yang tidak berfungsi
normal dan tidak dapat mengeluarkan
obat. Robert menegaskan bahwa
telah dilakukan pemeriksaan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
di kemudian hari.
Para ilmuwan berencana melanjutkan
penelitian terkait penggunaan chip untuk
penyakit jantung, multiple sclerosis,
kanker dan nyeri kronis. Butuh lima
tahun sampai chip tersebut diijinkan
beredar bebas di pasaran.

0 komentar:

Posting Komentar